Brastagi Akan Kembali Sebagai Pengekspor Holtilkultura Era 50an -->

Brastagi Akan Kembali Sebagai Pengekspor Holtilkultura Era 50an

Jumat, 01 Maret 2019

 Karo| SNN - Kota sejuk penghasil hortikultura  akan kembali "bangkit" sebagai  daerah pengekspor sayur -mayur , setelah Gubsu Sumut Edy Rahmayadi melepas secara resmi ekspor 50,2  ton sayuran Kubis Berastagi ke Malaysia, Kamis (28-02-2019) di Desa Lambar, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Ekspor melalui Pelabuhan Belawan itu dilakukan oleh perusahaan eksportir PT Juma Berlian Exim.

 Acara pelepasan ditandai dengan pemecahan kendi dan pengguntingan pita oleh Gubernur Edy Rahmayadi, yang disaksikan Bupati Karo Terkelin Brahmana, Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian Ali Jamil Harahap, Ketua GPEI Sumut Hendrik Halomoan Sitompul,  Kepala Balai Besar Karantina Belawan Bambang Haryanto, dan anggota DPRD Sumut Muchrid Nasution.
   
Sekedar  mengingatkan,  ekspor kubis yang dilepas  "orang nomorsatu" Sumut Edy,  diharapkan  menjadi langkah positif dalam konteks  mengembalikan kota sejuk Brastagi merupakan sentra hortikultura itu , sebagai pengekspor sayur-mayur ke Malaysia pada era tahun 50-60 an.  Diera itu  Sumut  dikenal  dibeberapa negara  dalam  hal  komoditi. Contoh, minyak nilam  dari Nias, babi juga dari  pulau  ini yang dijuluki "untaian mutiara khattulistiwa", termasuk ekspor  kopra.(red).

Gubernur mengajak masyarakat Kabupaten Karo untuk terus meningkatkan kualitas produk pertanian dari Tanah Karo. Karena Karo merupakan daerah penghasil produk pertanian cukup banyak varietasnya,  seperti kubis, wortel, kentang dan lain sebagainya."Kita harus bersyukur Kabupaten Karo ini diberikan tanah yang subur serta daerahnya yang sejuk.  Kita manfaatkan ini untuk memajukan pertanian agar rakyat tetap sejahtera," ujar Gubernur.

Edy meminta kepada Bupati Karo Terkelin Brahmana untuk meningkatkan kualitas pertanian seperti membuat kebijakan yang berpihak pada petani. "Paling tidak membuat koperasi agar petani tidak diakali oleh tengkulak yang memainkan harga," sebut Gubernur Edy Rahmayadi.
   
Tentang  saran  sang Gubsu ini tentang  tengkulak, seperti diketahui   diera lalu-lalu, pihak Kanwil Perdagangan (masih lintas sektoral), dinas Pertanian  ,Pemkab  Karo melakukan "pemutusan matarantai"  dalam hal pemasaran yaitu  dengan  melakukan  komunikasi aktif kepada  petani produsen antara lain melalui  ketua kelompok tani ditambah dengan pemasangan  plank yang diganti setiap ada   perubahan  harga  di luar negeri  (Malaysia,Singapura).red.

Jika produk-produik pertanian ini bisa ditingkatkan kualitasnya, kata Edy Rahmayadi, nilai ekspor  Sumut akan lebih meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Sehigga ke depan, dari Tanah Karo tidak hanya kubis yang di ekspor, tetapi juga komoditas lainnya seperti wortel, kentang dan lainnya.

"Hari ini, kita ekspor lima puluh ton lebih Kubis. Ke depan lebih ditingkatkan lagi jumlah yang akan di ekspor dan bukan hanya kubis yang di ekspor, masih ada wortel, kentang, cabe dan lain sebaginya," sebut Edy Rahmayadi.

Saat ini Pemprov Sumut, lanjut Gubernur Edy, juga sedang mengkaji pembangunan cold storage untuk menyimpan hasil panen. Supaya kualitas komoditas bisa bertahan lama. “Yang penting petani jujur. Jangan diakal-akali. Tuhan sudah memberikan yang terbaik untuk Karo. Ke depan rakyat kita makan kubis yang besar-besar,” ujarnya.

Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan, dari 147 jenis produk pertanian unggulan ekspor asal Sumut, kubis asal Berastagi merupakan komoditas hortikultura terbesar penyumbang jumlah ekspor. "Hingga saat ini ada 5 negara tujuan ekspor kubis asal Berastagi yakni Taiwan, Malaysia, Jepang, Singapura, Korea Selatan," katanya.

Menurut Ali Jamil, ekspor kubis yang keluar dari pelabuhan Belawan selama 5 tahun pertama terus mengalami peningkatan. Meski sempat menurun ditahun ke 3, yang disebabkan kondisi alam pasca erupsi Sinabung.

Disebutkannya, di tahun pertama 2012, ekspor kubis sebesar 11.747 ton dengan nilai Rp 35,243 miliar, tahun 2013 sebesar 13.133 ton dengan nilai Rp 39,401 miliar, tahun 2014 sebesar 8.933 ton dengan nilai Rp 26,800 miliar, tahun 2015 sebesar 17.043 ton dengan nilai Rp 51,131 miliar, ditahun 2016 sebesar 32. 680 ton dengan nilai Rp 98,040 miliar.

Namun di tahun 2017 dan 2018 volume ekspor komoditas ini mengalami penurunan.Yakni ditahun 2017 hanya sebesar 18.459 ton dengan nilai Rp 55,379 miliar dan di tahun 2018 sebesar 15.228 ton dengan nilai Rp 45,906 miliar."Penurunan selama 2 tahun terakhir ini disebabkan semakin ketatnya persyaratan keamanan pangan dari negara tujuan ekspor, terutama Jepang, Korea Selatan dan Singapura yang memiliki standar syarat keamanan pangan yang cukup tinggi," jelas Jamil.

Hadir Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara M Azhar Harahap, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumut Dahler Lubis, Kadis Pertanian Kabupaten Karo Sarjana Purba.(torong/bundo)