Karo| SNN - Kota sejuk penghasil
hortikultura akan kembali "bangkit" sebagai daerah pengekspor sayur
-mayur , setelah Gubsu Sumut Edy Rahmayadi melepas secara resmi ekspor
50,2 ton sayuran Kubis Berastagi ke Malaysia, Kamis (28-02-2019) di
Desa Lambar, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Ekspor melalui
Pelabuhan Belawan itu dilakukan oleh perusahaan eksportir PT Juma
Berlian Exim.
Acara pelepasan ditandai dengan pemecahan kendi
dan pengguntingan pita oleh Gubernur Edy Rahmayadi, yang disaksikan
Bupati Karo Terkelin Brahmana, Kepala Badan Karantina Pertanian,
Kementerian Pertanian Ali Jamil Harahap, Ketua GPEI Sumut Hendrik
Halomoan Sitompul, Kepala Balai Besar Karantina Belawan Bambang
Haryanto, dan anggota DPRD Sumut Muchrid Nasution.
Sekedar
mengingatkan, ekspor kubis yang dilepas "orang nomorsatu" Sumut Edy,
diharapkan menjadi langkah positif dalam konteks mengembalikan kota
sejuk Brastagi merupakan sentra hortikultura itu , sebagai pengekspor
sayur-mayur ke Malaysia pada era tahun 50-60 an. Diera itu Sumut
dikenal dibeberapa negara dalam hal komoditi. Contoh, minyak nilam
dari Nias, babi juga dari pulau ini yang dijuluki "untaian mutiara
khattulistiwa", termasuk ekspor kopra.(red).
Gubernur mengajak
masyarakat Kabupaten Karo untuk terus meningkatkan kualitas produk
pertanian dari Tanah Karo. Karena Karo merupakan daerah penghasil produk
pertanian cukup banyak varietasnya, seperti kubis, wortel, kentang dan
lain sebagainya."Kita harus bersyukur Kabupaten Karo ini diberikan
tanah yang subur serta daerahnya yang sejuk. Kita manfaatkan ini untuk
memajukan pertanian agar rakyat tetap sejahtera," ujar Gubernur.
Edy
meminta kepada Bupati Karo Terkelin Brahmana untuk meningkatkan
kualitas pertanian seperti membuat kebijakan yang berpihak pada petani.
"Paling tidak membuat koperasi agar petani tidak diakali oleh tengkulak
yang memainkan harga," sebut Gubernur Edy Rahmayadi.
Tentang
saran sang Gubsu ini tentang tengkulak, seperti diketahui diera
lalu-lalu, pihak Kanwil Perdagangan (masih lintas sektoral), dinas
Pertanian ,Pemkab Karo melakukan "pemutusan matarantai" dalam hal
pemasaran yaitu dengan melakukan komunikasi aktif kepada petani
produsen antara lain melalui ketua kelompok tani ditambah dengan
pemasangan plank yang diganti setiap ada perubahan harga di luar
negeri (Malaysia,Singapura).red.
Jika produk-produik pertanian
ini bisa ditingkatkan kualitasnya, kata Edy Rahmayadi, nilai ekspor
Sumut akan lebih meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Sehigga ke
depan, dari Tanah Karo tidak hanya kubis yang di ekspor, tetapi juga
komoditas lainnya seperti wortel, kentang dan lainnya.
"Hari ini,
kita ekspor lima puluh ton lebih Kubis. Ke depan lebih ditingkatkan
lagi jumlah yang akan di ekspor dan bukan hanya kubis yang di ekspor,
masih ada wortel, kentang, cabe dan lain sebaginya," sebut Edy
Rahmayadi.
Saat ini Pemprov Sumut, lanjut Gubernur Edy, juga
sedang mengkaji pembangunan cold storage untuk menyimpan hasil panen.
Supaya kualitas komoditas bisa bertahan lama. “Yang penting petani
jujur. Jangan diakal-akali. Tuhan sudah memberikan yang terbaik untuk
Karo. Ke depan rakyat kita makan kubis yang besar-besar,” ujarnya.
Kepala
Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan, dari 147 jenis produk
pertanian unggulan ekspor asal Sumut, kubis asal Berastagi merupakan
komoditas hortikultura terbesar penyumbang jumlah ekspor. "Hingga saat
ini ada 5 negara tujuan ekspor kubis asal Berastagi yakni Taiwan,
Malaysia, Jepang, Singapura, Korea Selatan," katanya.
Menurut Ali
Jamil, ekspor kubis yang keluar dari pelabuhan Belawan selama 5 tahun
pertama terus mengalami peningkatan. Meski sempat menurun ditahun ke 3,
yang disebabkan kondisi alam pasca erupsi Sinabung.
Disebutkannya,
di tahun pertama 2012, ekspor kubis sebesar 11.747 ton dengan nilai Rp
35,243 miliar, tahun 2013 sebesar 13.133 ton dengan nilai Rp 39,401
miliar, tahun 2014 sebesar 8.933 ton dengan nilai Rp 26,800 miliar,
tahun 2015 sebesar 17.043 ton dengan nilai Rp 51,131 miliar, ditahun
2016 sebesar 32. 680 ton dengan nilai Rp 98,040 miliar.
Namun di
tahun 2017 dan 2018 volume ekspor komoditas ini mengalami
penurunan.Yakni ditahun 2017 hanya sebesar 18.459 ton dengan nilai Rp
55,379 miliar dan di tahun 2018 sebesar 15.228 ton dengan nilai Rp
45,906 miliar."Penurunan selama 2 tahun terakhir ini disebabkan semakin
ketatnya persyaratan keamanan pangan dari negara tujuan ekspor, terutama
Jepang, Korea Selatan dan Singapura yang memiliki standar syarat
keamanan pangan yang cukup tinggi," jelas Jamil.
Hadir Kadis
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara M Azhar Harahap,
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumut Dahler
Lubis, Kadis Pertanian Kabupaten Karo Sarjana Purba.(torong/bundo)