Jangan Anggap Sepele ! 8 Ribu HA/Tahun Beralih Fungsi -->

Jangan Anggap Sepele ! 8 Ribu HA/Tahun Beralih Fungsi

Selasa, 31 Oktober 2017

Medan | Indonesia Berkibar News - Jangan dianggap sepele ya. Setiap tahun sedikitnya 8 ribu hektar lahan tanaman padi di Sum.Utara telah berkurang. Penyebabnya. beralih fungsi sebagian besar untuk pembangunan properti mau pun tanaman sawit. Bila hal ini tak ditangani dengan serius, maka bukan tak mungkin luas lahan tanaman padi yang kini tinggal 744.829 ribu hektar, luasnya akan menciut. Pada hal, padi (beras) merupakan komoditas pangan strategis paling teratas dibanding 7 (tujuh) komoditas lainnya. Apa lagi beras merupakan makanan pokok orang Sum.Utara. Makanan difersifikasi non beras seperti yang dicanangkan oleh pemerintah, pengganti nasi itu hanya merupakan "cemilan".

" Untuk menekan pengambilan lahan tanaman pangan padi Pemerintah Sum.Utara telah mengeluarkan peraturan daerah (Perda) Sum.Utara, maaf saya lupa nomor Perda dan tahun dibuatnya Perda tersebut," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan&Peternakan (um.Utara.Ir.Dahler,MMA.

Hal itu terungkap, Selasa (31-10-2017) menjawab wartawan dalam di pressroom kantor gubernur Sum.Utara. Pertemuan itu dipandu Kepala Biro Humas Ilyas Sitorus.

Begitu pun menurut, lelaki yang terkesan supel, postur agak gemukan,didampingi seorang staf terasnya, ketersediaan beras medio September 2017, cukup menggembirakan. Bahkan,ada stock sampai Pebruari 2018.r. Meski pun ada beras impor 15.519 ribu ton untuk dikonsumsi pengkonsumsi kusus ( diabetes?.red).

Setentang masih ada kekhawatiran masyarakat , adanya beras mutu rendah dilakukan penyosohan oleh pengusaha kilang padi yang "nakal" untuk mengaut laba besar. Tidak akan terjadi , seperti beberapa waktu lalu. Pihak Dinas Ketahanan Pangan Sumut, telah membentuk Satuan Tugas ( Satgas) mengawasi secara intensif ke kilang kilang padi.

Dahler menyebutkan, di Sum.Utara, ada 8 jenis komoditi terbilang strategis, yakni beras menduduki ranking nomor wahid (satu), menyusul jagung, kedele, cabe merah, bawang merah, dagnig sapi, daging ayam dan telur ayam.

Nah, untuk komoditi sipedas cabe, bilang Kadis Dahler, memegang peranan penting. Bila, harganya melonjak seperti pernah terjadi tahun lalu lalu Rp.60 ribu/kg, ini akan berdampak terjadinya inflansi. (September bervariasi harganya Rp.30/40 ribu/kg.red). Memang ada semacam pemikiran bila panen cabe melimpah, harga terbilang di bawah harga produksi produsen, akan disimpan dicoldstorage. Masih sebatas wacana.

Dibuntingi

Mengenai upaya swasembada daging, Dahler memaparkan secara rinci selain memakai sistem membuntingi sapi sapi betina di kelompok tani sapi. Membuntingi secara PAKSA dengan suntikan, agar berkembang biak, dan juga mendatangkan dari daerah luar provinsi Sum.Utara. Yang membuntingi sapi sapi pun terbilang "terampil" jika tidak maka akan menerima sepak terjang sang hewan itu, Rp.30.000 /ekor lho. Membuntingi , malah dikasi hepeng. Gak dituntut. Beda ya?

Dahler pun menjelaskan seputar asuransi yang diterima peternak jika sapi yang diperlihara mati atau hilang.(bundo)